Thursday 14 April 2016

Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak

Penulis: drh. Emmy Hamidiyah, M.Si
Anggota BAZNAS




Memasuki   bulan  Maret,    para  Wajib  Pajak   sedang  disibukkan  dengan  penyusunan  SPT  Tahunan, karena  tanggal  31 Maret  adalah batas akhir penyampaian  SPT Tahunan  para  Wajib  Pajak.  Dalam  penyampaian  SPT,  Wajib  Pajak  menghitung  sendiri  (self assestment) kewajiban  pajaknya dan membayarkan serta  melaporkannya  kepada  Dirjen  Pajak.  Pajak  memang  merupakan  kewajiban  bagi  setiap warga  negara  yang memenuhi  kriteria  Wajib  Pajak.  Bagi  umat  Islam,  ada kewajiban  lain terkait  pemotongan  harta  yaitu  Zakat.  Umat   Islam  tidak perlu mempertentangkan kedua kewajiban  tersebut,  karena  dalam sistem ekonomi  Islam dikenal  dua sumber dana untuk  menyelenggarakan  kegiatan  pembangunan  dan kesejahteraan rakyat  yaitu  zakat dan pajak.  Zakat dan pajak, meskipun sama-sama  kewajiban, tetapi  mempunyai dasar berpijak berlainan. Zakat mengacu pada ketentuan syariat  atau hukum Allah SWT baik dalam pemungutan dan penggunaannya, sedang pajak berpijak pada peraturan perundang-undangan yang ditentukan oleh Ulil Amri/pemerintah menyangkut  pemungutan maupun penggunaannya.
Di Indonesia,  kewajiban  pajak telah disosialisasikan secara  masif sejak beberapa tahun  lalu,  begitupun  zakat  telah  menjadi  urusan  negara  sejak  dikeluarkannya  UU  Nomor 38/ 1999   yang kemudian  diamandemen menjadi  UU Nomor 23/2011.  Penerbitan  PP  Nomor 14/2014  dan Inpres  Nomor 3/2014  semakin  menguatkan   peran negara  dalam pengatura zakat, sebagai  salah satu  sumber  dana untuk  mengurangi  kemiskinan  di Indonesia.   Negara  bahkan  telah mensikronkan  kewajiban pajak  dan zakat,  dengan melakukan  pengaturan  melalui  UU tentang pajak maupun UU  tentang zakat,  sehingga  umat   Islam  yang menjadi  Wajib  Pajak   mendapatkan  keringanan untuk pembayaran  pajaknya.
Hal  itu  terlihat  dalam  Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan  yang  telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010  disebutkan  bahwa zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib dikurangkan dari penghasilan bruto.
Ketentuan ini  menguntungkan bagi umat Islam, karena  zakat yang dibayarkannya dapat menjadi faktor pengurang penghasilan kena pajak, sehingga  mengurangi  kewajiban  pajak yang harus dibayarnya. Syaratnya, pembayaran zakatnya  harus dilakukan melalui  BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang teregistrasi.  Pembayaran zakat atas gaji karyawan melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian/Lembaga dan BUMN juga termasuk  dalam insentif  tersebut.
Ketentuan  zakat  yang menjadi  pengurang penghasilan  kena  pajak,    tidak hanya untuk  Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam, tetapi juga berlaku untuk zakat penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan atau lembaga zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. Sehingga  perusahaan  yang membayarkan  zakatnya melalui  BAZNAS,  juga dapat memanfaatkan insentif  ini untuk mengurangi  jumlah pajak  yang harus  dibayarkan  oleh  Wajib  Pajak  Badan yang pemiliknya   beragama  Islam.
Mekanisme  zakat  sebagai pengurang pajak  adalah dengan mencantumkan  jumlah  zakat  dalam kolom  di bawah penghasilan  bruto, dan selanjutnya melampirkan  Bukti  Setor  Zakat  dari BAZNAS tingkat  Pusat,  Provinsi  maupun Kabupaten / Kota  atau LAZ  yang teregristrasi  dalam  laporan SPT  Muzaki.
Meskipun  ketentuan  pembayaran zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (penghasilan bruto) telah berlaku sejak 2001,  namun  sampai saat ini masih banyak Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau pembayar zakat (muzaki) yang belum memanfaatkan pengurangan penghasilan bruto atas Pajak Penghasilan (PPh) tersebut. Untuk itu amil zakat dan pegawai pajak di semua kantor pelayanan diharapkan dapat memberi informasi dan penjelasan kepada para muzaki dan Wajib Pajak yang dilayaninya.
Bagi  para muzaki yang selama  ini  sudah menunaikan  zakatnya melalui  BAZNAS dan UPZ,  mari manfaatkan  ketentuan zakat  pengurang penghasilan  kena pajak  ini untuk  membayar kewajiban  pajak  secara  tepat  dan efektif.   Bahkan  bagi  karyawan yang  zakatnya  dipotong dari gaji  dan  pajaknya dibayarkan  oleh perusahaan,   tetap perhitungkan  zakat  anda  sebagai  pengurang penghasilan bruto.  Apabila  akibat perhitungan  tersebut ada  kelebihan pembayaran pajak,  maka ada kebijakan Ditjen Pajak  yang menyatakan  bahwa  apabila  ada  kelebihan bayar (termasuk lebih bayar karena pemotongan zakat), niscaya akan dilakukan pengembalian kelebihan pembayaran pajaknya tanpa melalui pemeriksaan, tetapi cukup dengan penelitian oleh pegawai pajak.  Lampirkan  Bukti Setor  Zakat  Anda  dalam  SPT  Tahunan  anda,  dan  apabila  Bukti Setor Zakat  yang telah dibayarkan  selama  2015.  Apabila   Bukti Setor Zakat  tersebut  terselip, Anda  dapat meminta  BAZNAS  untuk mencetakkan kembali  atau  Anda bisa  juga mencetak sendiri  BSZ  tersebut  dengan  membuka  “muzaki corner”  di  website  BAZNAS
Dengan  menunaikan  zakat  dan  pajak  secara  benar,   kita  telah  melaksanakan  kewajiban  beragama  dan bernegara ,  sehingga  insya  Allah   secara  individu  akan   menambah  rezeki,  mensucikan  harta, menenteramkan  jiwa  dan  secara  umum  meningkatkan kemakmuran  dan keberkahan  bangsa.
sumber: http://pusat.baznas.go.id/berita-artikel/zakat-pengurang-penghasilan-kena-pajak/






No comments:

Post a Comment